Ya Nuur, aku bertemu sebuah keajaiban
Dengan sepasang mata yang Kau anugrahkan
Kulihat semburat jingga lembut menyeruak perlahan dari langit-Mu
Menerobos lebatnya daun pepohonan
Mandikan alam dengan kemilau
Menembus kaca-kaca bening, mengintip lewat ventilasi berdebu
Tanpa lampu apa pun, jingga terangi rumah mungil kami
Ingin kuhentikan waktu lama dan berdiri di tengahnya
Seakan berada di bawah lampu sorot milik Sang Sutradara kehidupan
Sungguhlah kecil aku di hadapan-Nya
Subhanallah
Cahaya mana yang sanggung tandingi cahaya-Nya
Sinar yang membuat pencari kebenaran bergetar hebat, berurai air mata
Keindahan yang lahirkan sajak cinta tanpa akhir dari lubuk hati para penyair
Dan seiring waktu, jingga di pagi-Nya pun mulai menguning